Ikhtiar dan Ikhlas dalam segala Asa


pohon

Mantan presiden India, Dr. APJ Abdul Kalam, pernah mengungkapkan, “You have to dream before your dreams can come true”. Saya sependapat dengan beliau. Namum demikian, perlu diingat bahwa mimpi setiap orang bisa bermuara pada dua kemungkinan, yakni harapan atau angan-angan.  Mimpi seseorang akan berubah jadi sebuah harapan, saat orang tersebut melakukan ikhtiar untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika orang tersebut tidak melakukan  apapun, maka mimpi itu hanya akan menjadi angan-angan. Dalam keterbatasan kita sebagai makhluk, terkadang kita memandang mimpi sebagai asa terbentang dengan mengesampingkan hal lain. Tatkala mimpi itu sendiri sebagai objek bergerak, bukan tak mungkin panah harapan yang sudah didesain dengan ikhtiar maksimal pun  bisa meleset.

Dalam perjalanan waktu, ketidakpastian dan kerentanan akan perubahan merupakan keniscayaan. Tentunya kesadaran itu mutlak diperlukan, capaian dari suatu harapan belum tentu bisa terwujud seperti yang dibayangkan sang pemimpi. Segalanya sangat bergantung pada kehendak-Nya. Karena itu, sudah sepatutnya kita meletakan segala usaha  dalam mewujudkan mimpi itu adalah sebagai bagian dalam ibadah kita kepada-Nya. Bukan semata-mata berfokus bahwa ikhtiar yang dilakukan adalah untuk pencapaian segala harapan. Setiap saat, kita perlu mempersiapkan segalanya dengan keluasan hati… Terkadang hati tak tenang saat asa atau harapan tak tercapai. Semakin besar pengharapan pada suatu asa, semakin besar pula  usaha yang perlu disiapkan untuk meredam kekecewaan.

Akar tidak terlihat, tapi tanpa lelah ia senantiasa menyerap sari makanan yang berguna bagi seluruh bagian tumbuhan. Daun berpanas-panasan, namun tetap bersemangat mengolah makanan (baca :fotosintesis) yang akan disebarkan keseluruh bagian tumbuhan.  Batang pohon berdiri dengan tegap, tanpa mengeluh terus menopang dedaunan dan yang lainnya tanpa iri bahwa ia hanya kebagian sedikit dari hasil olahan sang daun. Ketiganya pun  tidak pernah merasa iri ataupun rugi saat bunga atau sari patinya (baca : madu) maupun  buahnya diambil  dari tumbuhan itu.  Begitupun, setiap manusia di dunia ini memiliki peran masing-masing. Besar atau kecil peran itu hanya dirinya dan Yang Maha Tahu yang berhak menilainya. Itulah hakikat ikhlas dalam memberi peran sebagai makhluk-Nya Jika ikhlas telah lenyap maka peran kita berorientasi bukan karena-Nya.

Perlu disadari… Kewajiban kita hanya memaksimalkan ikhtiar dan senantiasa melakukan yang terbaik, selanjutnya sandarkan segala harapan dalam bentuk keikhlasan  kepada-Nya. Karena itu, tanamlah  sejuta kebaikan untuk sesama dan berikan pupuk keikhlasan padanya, maka Sang pemberi berkah  akan memberikan yang terbaik untuk kita semua. Semoga kita termasuk orang yang senantiasa ikhlas dalam beramal kebajikan. Barokalloh fiikum,  aamiin YRA


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *