Article
Semoga bermanfaat
Bahagia karena syukur
4Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia , tentunya ADOLT MERCKLE, orang terkaya dari Jerman, tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api.
Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia , tentunya MICHAEL JACKSON, penyanyi terkenal di USA, tidak akan meminum obat tidur hingga overdosis.
Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia , tentunya G. VARGAS, Presiden Brazil, tidak akan menembak jantungnya.
Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia , tentunya MARLIN MONROE, artis cantik dari USA, tidak akan meminum alkohol dan obat depresi hingga overdosis.
Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia , tentunya THIERRY COSTA, Dokter Terkenal dari Perancis, tidak akan membunuh dirinya akibat acara di televisi.
Ternyata, bahagia atau tidaknya hidup seseorang itu, BUKAN ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, kuasanya, cantiknya, sehatnya, atau sesukses apapun hidupnya.
Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri…
mampukah ia mau mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.
“Kalau kebahagiaan bisa dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu. kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah doborong oleh mereƙα.”
“Kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan KOSONG karena semua orang akan kesana berkumpul dimana kebahagiaan itu berada .”
Untungnya kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia.
Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.
“Yang kita perlukan adalah hati yang bersih dan ikhlas serta pikiran yang jernih, maka kita bisa menciptakan rasa bahagia itu kapanpun, dimanapun dan dengan kondisi apapun.”
Kebahagiaan itu hanya dimiliki oleh “Orang-orang yang dapat bersyukur“.
“JIKA ANDA TIDAK MEMILIKI APA YANG ANDA SUKAI, MAKA SUKAILAH APA YANG ANDA MILIKI SAAT INI”…….
Bersyukur adalah suatu kemampuan yang bisa dipelajari oleh siapapun..
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa bersyukur, aamiin YRA
Source: http://onedayonejuzz.blogspot.com/2014/08/jika-kekayaan-bisa-membuat-orang.html
Taqwa dan cinta dunia
0Abu Bakar Ash-Shiddiq RA pernah mengungkapkan nasihat untuk kita semua, agar tidak terperosok dalam kegelapan yang bernama cinta dunia (hubb al-dunya). Ini didasari oleh ungkapan Rasulullah SAW yang diriwayatkan Baihaqi, ”Cinta dunia adalah biang segala kesalahan.” Dunia hanyalah hiasan sementara yang bisa menjerumuskan jika kita salah orientasi.
Alloh SWT mengingatkan kita dalam Q.S Al Kahfi : 46, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Kegelapan yang diungkapkan Abu Bakar, menyebabkan hawa nafsu tidak terkendali dan akan merusak segala aspek ibadah kita. Karena hawa nafsu cenderung membawa kita pada hal-hal yang kurang baik. Apa solusinya? Penerang dari kegelapan cinta dunia adalah ketaqwaan. Selepas ramadhan, derajat ketaqwaan yang menjadi tujuan dalam berpuasa, semoga tercapai secara paripurna. Salah satu nilai tertinggi ibadah puasa ialah pembebasan manusia dari ketergantungan terhadap dunia materi (Abdul Munir Mulkan).
Sejalan dengan itu, saya tertarik dengan salah satu ungkapan Abu Bakar yang lain, yakni “Orang yang cerdas ialah orang yang taqwa”
Sesungguhnya, hanya Alloh yang mampu mengukur derajat taqwa seseorang. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13). Namun demikian, parameter tersebut bisa dilihat dari bagaimana orientasi kita terhadap dunia.
Diantara kita (biasanya) bersepakat bahwa kita tidak cinta dunia. Sayangnya, itu terjadi hanya dalam kondisi normal. Bagaimana saat kondisi tertekan atau kekhawatiran sedang melanda, kita bisa mengukur sendiri… 🙂 Seberapa besar kecintaan kita pada dunia.
Sesungguhnya, dunia bukanlah tujuan.
Dunia ini hanyalah perantara untuk mencapai akhirat yang lebih baik. Sayyidina Ali pernah mengungkapkan: “Janganlah kalian menuntut sesuatu dari dunia yang lebih besar dari pada apa yang bisa menyampaikanmu ke akhirat.”
Semoga kita menjadi orang yang berhasil menguasai dunia, BUKAN yang dikuasai dunia… Aamiin YRA
Mimpi dan Harapan
0Mantan presiden India, Dr. APJ Abdul Kalam, pernah mengungkapkan, “You have to dream before your dreams can come true”. Saya sependapat dengan beliau. Namum demikian, perlu diingat bahwa mimpi setiap orang bisa bermuara pada dua kemungkinan, yakni harapan atau angan-angan. Mimpi seseorang akan berubah jadi sebuah harapan, saat orang tersebut melakukan ikhtiar untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika orang tersebut tidak melakukan apapun, maka mimpi itu hanya akan menjadi angan-angan.
Dalam keterbatasan kita sebagai makhluk, terkadang kita memandang mimpi sebagai asa terbentang dengan mengesampingkan hal lain. Tatkala mimpi itu sendiri sebagai objek bergerak, bukan tak mungkin panah harapan yang sudah didesain dengan ikhtiar maksimal pun bisa meleset. Dalam perjalanan waktu, ketidakpastian dan kerentanan akan perubahan merupakan keniscayaan. Tentunya kesadaran itu mutlak diperlukan, capaian dari suatu harapan belum tentu bisa terwujud seperti yang dibayangkan sang pemimpi. Segalanya sangat bergantung pada kehendak-Nya. Karena itu, sudah sepatutnya kita meletakan segala usaha dalam mewujudkan mimpi itu adalah sebagai bagian dalam ibadah kita kepada-Nya. Bukan semata-mata berfokus bahwa ikhtiar yang dilakukan adalah untuk pencapaian segala harapan.
Dalam pencapaian harapan, seringkali kita berupaya dan berdoa. Kita senantiasa mengharap kepada Alloh agar diberikan kelapangan.
Ada hal yang menarik di kitab Al Hikam terkait dengan kelapangan. Ibnu Atha’illah lebih mengkhawatirkan kelapangan daripada kesempitan.
Saat lapang, nafsu bisa memainkan peranannya dalam perasaan senang sesorang.
Saat dalam kesempitan, nafsu tidak bisa berbuat apa-apa.
Bisa jadi, Alloh memberikan kesenangan dunia, namun menghalangimu dari petunjuk-Nya.
Bisa jadi, Alloh menghalangimu dari kesenangan dunia, namun membukakan jalan kebaikan yang lain sehingga kita senantiasa dalam ridho-Nya.
Tanpa meninggalkan asa dalam memaksimalkan ikhtiar, tentunya ungkapan indah “La Hawla wa la Quwwata illa Billah, wallahu’ala kulli syai’in qodir“, sangat pantas dikedepankan dalam rangka mengingatkan posisi kita sebagai makhluk-Nya. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah, dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa bersyukur dan bersabar terhadap segala sesuatu yang kita hadapi.. aamiin YRA
image’s cited from http://slrdone.blogdetik.com/
More educated
0Bernostalgia dengan ungkapan Prof. Nuh di Kompas, Selasa, 23 September 2014, “Ke depan hampir bisa dipastikan persoalan akan bertambah kompleks dan rumit, bagaimana cara kita mengatasi kompleksitas dan kerumitan tersebut? solusinya menurut beliau adalah kemampuan berpikir dan masyarakat yang well educated (terdidik)”. Dua solusi tersebut bisa dicapai dengan sistem pendidikan yang baik. Pendidikan, menurut KBBI, merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di Telkom University, sudah sepatutnya setiap dosen dan mahasiswa fokus juga pada bagaimana caranya berpikir, tak hanya fokus pada objek yang harus dipikirkan. Artinya ranahnya adalah konseptual tetap harus diajarkan sehingga diharapkan akan terbentuk pola pikir yang siap leading dalam menghadapai kompleksitas dan kerumitan yang akan muncul pada masa mendatang. Ini menjadi penting, karena kemampuan bisa berpikir dengan baik merupakan syarat cukup agar seseorang memiliki skill communication yang baik. Pola pikir yang baik pula akan memudahkan dalam impelementasi PRIME (Profesionalism, Recognition of achievement, Integrity, Mutual respect, Entrepreneurship) untuk seluruh unsur civitas akademik.

Bercermin
0Cermin adalah kaca bening yg salah satu mukanya dicat dengan air raksa atau sejenisnya sehingga dapat memperlihatkan bayangan apapun yg ditaruh di depannya. Kegiatan bercermin biasa dilakukan oleh seseorang sebagai ajang untuk mengevaluasi diri.
“Magic Mirror on the wall, who is the fairest one of all?” Itu ungkapan sang Ratu pada cermin ajaib dalam film Snow White and the Seven Dwarfs (1937).
Ketika apa yang tampak di cermin tak sesuai harapan, maka segera memperhatikan kekurangan tersebut dan memperbaikinya. Saya tidak sedang mebicarakan cermin dalam makna denotatif ataupun cermin ajaib milik sang ratu. Cermin yang dibicarakan disini adalah cermin kehidupan (muhasabah) yang digunakan untuk memperhatikan diri sendiri, lebih tepatnya introspeksi diri.
Disadari atau tidak, introspeksi tersebut tak kan pernah terjadi… tanpa ada keinginan sendiri untuk memperbaiki dari diri.
Sungguh beruntung saat anda memiliki banyak cermin, sehingga anda bisa memperhatikan dari segala sudut dan selanjutnya memperbaiki diri. Namun alangkah sayangnya… saat ada orang lain yang menyampaikan tentang kekurangan kita, ternyata kita tidak siap menerimanya bahkan tak jarang merasa terhina.
LUPA..
Bukankah itu merupakan cermin sebagai ajang refleksi untuk senantiasa memperbaiki diri
PANIK..
Khawatir orang lain tahu kekurangan kita, padahal senyatanya itulah ungkapan sayang dari Alloh agar kita senantiasa memperbaiki diri
MALU..
Karena merasa seperti ditelanjangi didepan umum. Sepertinya lebih ridho dengan azab neraka dari pada malu di dunia… na udzubillah.
Cermin itu harus dihancurkan!!!
Seperti halnya yang dilakukan sang Ratu saat magic mirror menyampaikan tak sesuai dengan yang dikehendaki.
Terkadang kita sepakat bahwa rasa sayang Alloh itu diberikan dalam bentuk apapun, baik nyaman maupun tidak nyaman bagi hati kita.
Tetapi, saat muncul kritik dari ‘cermin kehidupan’ dan tidak sesuai harapan, kita lupakan hal itu, panik dan rasa malu lebih dikedepankan.. kemana kesadaran itu?
Demikian pula, saat kita jadi cermin… seyogyanya kita sampaikan juga sesuatu kekurangan dari yang bercermin secara obyektif. Sungguh tercela, saat sang cermin menambahkan cerita diluar bagian yang nampak didalam cermin.
Beruntunglah orang yang memiliki cermin yang jelas dan obyektif, sehingga setiap yang bercermin dapat mengambil manfaat darinya untuk introspeksi dan memperbaiki diri.
Wallahu ‘alam bishowab
Semoga kita mampu menjadi cermin yang objektif dan sekaligus menjadi orang yang mampu bercermin dalam kehidupan ini, sehingga kita termasuk orang yang senantiasa memperbaiki diri… aamiin YRA
ilmu dan amal
2Seperti diketahui bahwa perang Badr merupakan salah satu perang besar bagi kaum muslim saat itu.
Para pahlawan Islam saat itu begitu luar biasa melawan para kafir, dan akhirnya mereka mendapat kemenangan.
Rasulullah ingin sekali memberikan penghargaan kepada para pahlawan ini. Lalu Rasulullah mengumpulkan mereka disuatu tempat pada hari jumat.
Pada saat para pahlawan Badr datang ke tempat pertemuan tersebut, tempat telah penuh sesak.
Orang-orang pada tidak mau memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga para pahlawan itu terpaksa berdiri.
Rasulullah meminta berdiri orang-orang itu (yang lebih dulu duduk), sedang para pahlawan Badr disuruh duduk di tempat mereka.
Orang-orang yang diiminta pindah tempat merasa tersinggung perasaannya. Lalu mereka berkata, “Saya sudah disini dari tadi pagi ya Muhammad, kenapa kamu menyuruh kami pergi”
Karenanya, pada hari Jumat itu, Alloh menurunkan wahyunya seperti yang diungkapkan dalam surat Al Mujadalah ayat 11, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu : ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberimu kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
· Qauliyah, yaitu ilmu yang berasal dari ayat-ayat yang Allah firmankan dalam kitab-kitab-Nya dan menjadi pedoman hidup bagi manusia.
· Kauniyah, yakni ilmu yang berasal karena kesempurnaan manusia yang diberikan akal oleh Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada diatas dunia.
Namun demikian, saat ini, terkadang kauniyah begitu mendominasi.
Karenanya diperlukan kesadaran penuh dari kita dalam memahami ilmu yang bersifat kauniyah.
Jelas bahwa manusia dengan akal, pikiran dan perasaan adalah ciptaan-Nya.
Sungguh absurd saat kauniyah lebih dikedepankan daripada qauliyah.
Kenapa diwajibkan menuntut ilmu?
Karena kalau kita mengerjakan sesuatu amal tanpa tahu ilmunya, maka amalan kita tidak ada nilainya dan tidak diterima oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sepertihanya diuangkapkan oleh Imam Ghazali : “Ilmu tanpa amal adalah gila, dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia- sia.”
Dalam kitab Talimul Muta
allim, Syekh az-Zarnuji, dijelaskan bahwa banyak sekali umat Islam di masanya yang akan mengalami kegagalan dalam menuntut ilmu. Kegagalan tersebut bukanlah kegagalan lulus atau tidak lulus sepertihalnya dalam ujian sekolah/kampus. Namun lebih jauh lagi, kegagalan tersebut disebabkan karena kita tidak dapat menjadikan ilmu yang diperoleh itu bermanfaat. Disinilah pentingnya kebermanfaatan untuk lingkungan kita.
Menurut Syekh Zarnuji, kegagalan ini disebabkan oleh beberapa hal yakni kekeliruan motivasi dalam menuntut ilmu (niat), kurangnya ibadah, dan rendahnya sikap tawakkal (berserah diri kepada Allah), kurang wara` (menjauhi makan barang haram), kurang zuhud (melepaskan ketergantungan terhadap materi). Sementara seluruh hal di atas merupakan syarat-syarat dan jalan yang dibutuhkan oleh setiap orang dalam mencapai ilmu pengetahuan yang diridhai Allah SWT.
Oleh karena itu, tidal berlebihan, munculnya ungkapan yang sering kita dengar, yakni ”Man zada ilman wa lam yazdad hudan lam yazdad minallahi illa bu`dan.”
Artinya: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya akan tetapi tidak bertambah petunjuknya maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali semakin jauh dari Allah.”
Banyak sekali yang dipandang berilmu namun ‘tak kuasa’ untuk mengamalkan ilmunya.
Hal ini menjadikan ilmu yang dimilikanya menjadi sebuah pengetahuan kembali.
Karenanya, pengetahuan –> ilmu –> amal shaleh.
Tentunya, kualitas amal senantiasa tidak luput dari perhatian. Kita dituntut tak sekedar mengamalkan ilmu namun lebih dari itu, ilmu yang dimiliki selayaknya diamalkan dengan ikhlas dan benar. Amalan tidak akan diterima sampai seseorang itu ikhlas dan benar dalam beramal. Yang dimaksud ikhlas adalah amalan tersebut dikerjakan hanya karena Allah. Yang dimaksud benar dalam beramal adalah selalu mengikuti petunjuk-Nya. Jelas bahwa, orientasinya bukan untuk kesenangan atau kepentingan dunia. Ingat bahwa dunia adalah kesenangan yang memperdaya (red. dikala senja menjelang)
Imam Al Ghozali mengatakan bahwa barang siapa berilmu, mau mempraktekkan dan membimbing manusia dengan ilmunya bagaikan matahari. Selain menerangi dirinya juga menerangi orang lain dan bagaikan minyak kasturi yang harum yang menyebarkan keharumannya kepada orang lain yang berpapasan dengannya.
Jika sudah berilmu, terkadang jadi terjebak untuk “merasa pintar” padahal lebih baik “pintar merasa”. sehingga diharapkan kita menjadi orang yang berempati bagi masyarakat sekitar. Karenanya berhati-hatilah. Jangan sampai segala peringatan Alloh dalam ayat berikut menimpa kita. “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. ” (QS Al Furqan:23).
*Saya menuliskan judul “ilmu dan amal” dengan huruf kecil semua… karena ilmu dan amal kita hanya terjadi karena rakhmat dan pentunjuk Alloh. Tanpa-Nya… sungguh tiada daya dan upaya sehingga kita berillmu dan mampu mengamalkannya.
Dikala Senja Menjelang
3
Waktu terus berlalu dan tak akan pernah kembali.
Terlalu asyik bermain, terlalu sibuk bekerja terkadang melalaikan kita.
Akhirnya, lupa bahwa senja telah datang… matahari segera terbenam… kegelapan segera datang.
Senja itu (denotatif) sangat jelas bisa diprediksi, dari menit ke menit… bahkan dari detik ke detik.
Namun senja usia kita, tak akan pernah ada yang tahu kecuali Sang Khalik.
Adakah ‘bekal penerang’ kita ketika senja itu datang?
“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (Ali ‘Imron :185).
Excatly, terkadang saat izroil datang… ajal ditenggorokan barulah kita tersadar dan muncul sejuta penyesalan atas apa yang dilalui selama hidup.
Saat itu, barulah sadar bahwa “… Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Ali ‘Imron :185).
Saat kematian datang tidak terduga, beberapa orang biasa mengungkapkan rasa ketidakpercayaan.
“masa sih?”, “kok bisa?”, “bagaimana bisa terjadi?”, “unbelievable”, dan lain-lain.
Dengan pemahamannya, seseorang menimpali, “itu sudah takdir”
‘Seseorang yang kritis’ pun ikut berujar, “kita tidak usah berbuat apapun, jika sudah takdir maka akan kita terjadi”
Ia lupa bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (Ar Raad : 11)
‘Si kritis’ pun menyodorkan ayat yang lain, “… dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Ali ‘Imron : 29)
Ia pun masih penasaran “sejauh mana hubungan takdir Alloh dengan segala upaya kita?”
Sesungguhnya segala yang kita alami telah tertulis di Lauh Mahfuzh (sebut aja takdir).
Menurut pemahaman saya, takdir tergambar dalam suatu flowchart (ada pilihan dan looping).
Misalkan takdir yang dimaksud meliputi rezeki, jodoh, dan kematian
Rezeki sudah jelas porsinya, bisa ditempuh dengan cara halal atau haram (silahkan pilih). PIlihan itulah yang akan membawa kita ke Syurga atau Neraka.
Terkait dengan jodoh, bermacam liku yang dilalui, kadang datang tak disangka, sampai akhirnya pengamat mengatakan “kalau sudah jodoh, tak akan kemana”.
Kematian pun (saya pikir), yang pasti adalah waktunya. Proses kematian itu bisa bermacam cara. Lagi-lagi ada ‘pilihan’
Kadang Takdir disebut juga dengan kosakata lain, yakni nasib.
Ketika ada kondisi yang tidak sesuai harapan maka seseorang akan mengatakan “ugh… sudah nasibku”
Padahal, jika kita sadar bahwa setiap tahap dalam kehidupan ini ibarat flowchart,
maka perlu kesadaran penuh dalam mengarungi kehidupan ini, sehingga kita bisa memaksimalkan ikhtiar untuk merubah jalur sesuai dengan keinginan kita.
Ada yang menyela, “Itu sudah maksimal, bung!”
Saya perlu mengingatkan untuk tetap sabar (red nothings), selayaknya orang yang beriman.. kesabaran itu adalah tiada berbatas.
Yakinlah, bahwa Alloh memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.
Percayalah… bahwa Alloh senantiasa memberikan yang terbaik.
Dengan demikian, semoga kita senantiasa termasuk hamba yang pandai bersyukur, aamiin YRA.
Dalam hidup ini terkadang kita mengalami looping process (renungkan)
Karenanya kita dianjurkan untuk memperhatikan apa yang kita lakukan, sehingga akan menjadi lebih baik (continuously improvement).
“… dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok…” (Al Hasyr: 18)
Benar bahwa waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali,
tapi banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki ‘nasib’ dengan mengambil pelajaran dari masa lalu.
Dr. ‘Aidh Al Qarni mengungkapkan “Hidup ini adalah cerita pendek, dari tanah, di atas tanah, dan kembali ke tanah,
Lalu hisab (yg hanya menghasilkan dua kemungkinan); pahala atau siksa.”
Saya sepakat bahwa dalam kefana’an selayaknya kita senantiasa berhati-hati dalam meniti shirotil mustaqim yang kita lalui saat ini.
Karenanya, sandarkanlah segala keinginan kita pada yang Maha Kuasa atas segala sesuatu (red: the right choice).
Dengan demikian, semoga kita semua ‘bisa memilih’ takdir sehingga kita bias sukses dalam setiap tahapan kehidupan yang dilalui. Sukses yang dimaksud adalah
– Tercapainya kepuasan pribadi (dengan bersyukur)
– Mampu memberikan (sebesar-besarnya) manfaat bagi lingkungan
– Bertambahnya timbangan kebaikan dimata Alloh SWT
Amiin YRA
Ini hanya sekedar dari hasil perenungan hamba Alloh yang lemah.
Mohon maaf atas segala kekurangan, sesungguhnya segala kebenaran adalah hanya milik Alloh.
*Flowchart adalah penggambaran secara grafik urutan prosedur dari beberapa langkah logis yang disusun secara sistematis.
**Lauh Mahfuzh adalah kitab tempat Allah menuliskan segala seluruh skenario/ catatan kejadian di alam semesta.
Image’s taken by : Agung Trisetyarso
Nothing’s gonna change my love for You
1Sekilas seperti akan membahas lagunya George Benson 🙂
Namun perhatikan judul tulisan ini, saya hanya mengganti you menjadi You.
Harus diakui, kadang kita terlena dengan suatu kondisi, apalagi arus disekitar begitu kuat untuk menghanyutkan kita
Dari mulai obrolan, bacaan, lagu sampai tontonan begitu kuat mempengaruhi kita
Awalnya hiburan, jadi informasi yang berinteraksi dengan logika, pembenaran terjadi…
dan akhirnya bisa menggeser ke-istiqomah-an kita dari ridho-Nya.
Alangkah luar biasa, jika kita senantiasa menyadari pergeseran tersebut.
Salah satu cara melatih sensitifitas kesadaran dalam ber-istiqomah di jalan-Nya tentu bukan hal mudah.
Sabar adalah salah satu caranya.
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153)
Sungguh ini merupakan anugerah terindah dari Alloh, saat kita bisa bersabar terhadap segala yang dihadapi.
Untuk menjadi sabar, tentunya perlu latihan.
“…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)
Sabar itu perjuangan, seperti halnya diungkapkan Abu Bakar Ash-Shiddiq yaitu: “sangat sulit untuk bersabar, tetapi menyia-nyiakan pahala dari kesabaran itu lebih buruk.”
Imam Ali bin Abi Thalib RA menyampaikan “Sabar itu ada tiga yakni sabar dalam musibah, sabar dalam taat, dan sabar dalam menjauhi maksiat”
Ini membawa pengertian bahwa kita pun harus sabar dalam menjalani segala aspek dalam liku kehidupan.
Tak cukup perkataan “aku ingin tergolong orang-orang yang sabar” tanpa ada tindakan yang nyata.
Di antara kita, sudah tentu, menyadari dan ingin senantiasa istiqomah dalam ridho-Nya.
Sungguh ironis jika ada seseorang yang mengaku dirinya beriman lalu mengatakan “kesabaran itu ada batasnya”
Mari kita merenung, mengapa ungkapan tersebut sampai terjadi.
Mungkinkah itu pengaruh dari obrolan, bacaan, lagu sampai tontonan kita, yang memberikan contoh dan selanjutnya kita membenarkan berdasarkan logika kita?
Manusia diperkenankan menggunakan akal dan pikirannya.
Namun demikian, perlu disadari bahwa logika kita hanyalah logika sebagai makhluk dalam keterbatasan.
Karena itu, disiapkan tuntunan-Nya dalam Al-Qur’an dan Hadits
Semoga kita semua termasuk orang yang senantiasa bersabar dalam menghadapi segala sesuatu.
Semoga kita juga mencintai segala yang ada dalam dunia ini adalah karena-Nya.
Semoga kita senantiasa istiqomah berada dalam ridho-Nya
Dengan sabar, harapan itu muncul “Nothing’s gonna change my love for You (Alloh)”.
… Aamiin YRA
Image’s cited from : http://aqidahyusri.tumblr.com/post/33065117523/taken-with-instagram
What’s your role
0Akar tidak terlihat, tapi tanpa lelah ia senantiasa menyerap sari makanan yang berguna bagi seluruh bagian tumbuhan
Daun berpanas-panasan, namun tetap bersemangat mengolah makanan (baca :fotosintesis) yang akan disebarkan keseluruh bagian tumbuhan
Batang pohon berdiri dengan tegap, tanpa mengeluh terus menopang dedaunan dan yang lainnya tanpa iri bahwa ia hanya kebagian sedikit dari hasil olahan sang daun.
Ketiganya pun tidak pernah merasa iri ataupun rugi saat bunga atau sari patinya (baca : madu) maupun buahnya diambil dari tumbuhan itu.
Begitupun, setiap manusia di dunia ini memiliki peran masing-masing.
Besar atau kecil peran itu hanya dirinya dan Yang Maha Tahu yang berhak menilainya.
Itulah hakikat ikhlas dalam memberi peran sebagai makhluk-Nya
Jika ikhlas telah lenyap maka orientasi dalam berperan adalah bukan karena-Nya.
Take care…
Smoga kita termasuk orang yang ikhlas. aamiin YRA.
PS : HTK
Hidup ditengah hiruk pikuk hedonisme, bagai buih dilautan
Hanyut terombang-ambing tak jelas arah dan tujuan
Hanya nafsu bergelora tuk menggapai harapan palsu
Hempaskan nurani terseret tipu daya iblis yang memperdaya
Teruslah terjebak dalam kemegahan dan kesenangan
Terjerembab dalam kehinaan dan kegelapan, hina.. gelap tak bertepi
Tak peduli akan adanya hari pembalasan
Taqwa seakan hanya kamuflase hanya tuk ditengarai sesama.
Kembali ikhlas dalam setiap tindakan adalah keharusan
Kembali pada ridho-Nya adalah suatu keniscayaan
Karena segala upaya tak kan terjadi kecuali atas kehendak-Nya
Karena-Nya kita hidup dan hanya kepada-Nya kita akan kembali
Image’s cited from : http://www.clker.com/clipart-2525.html
Some quotes
0There are two beautiful quotes from American, Helen Keller and John Quincy Adams.
“The best and most beautiful things in the world can not be seen or even touched – they must be felt with the heart” (by Helen Keller)
I feel this one in Arafat on 9th Djulhijah, I hope you will there and feel the same.
“If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and Become more, you are a leader” (by John Quincy Adams)
In one occasion, the Prophet Muhammad SAW were asked: “Who is the best?” He replied: “The most beneficial for human beings”.
“A success is a combination of three things namely the achievement of one’s satisfaction, how much benefit to others, and the increasing of goodness in the sight of God” (by Adiwijaya)
Each of us can feel successful or not based on our hearts.
Nice words for a nice world 🙂
Image’s cited from : http://www.therichest.com/expensive-lifestyle/entertainment/10-extravagant-movie-homes-you-wish-you-lived-in/5/
Recent Comments