Mimpi dan Harapan


mimpi

Mantan presiden India, Dr. APJ Abdul Kalam, pernah mengungkapkan, “You have to dream before your dreams can come true”. Saya sependapat dengan beliau. Namum demikian, perlu diingat bahwa mimpi setiap orang bisa bermuara pada dua kemungkinan, yakni harapan atau angan-angan.  Mimpi seseorang akan berubah jadi sebuah harapan, saat orang tersebut melakukan ikhtiar untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika orang tersebut tidak melakukan  apapun, maka mimpi itu hanya akan menjadi angan-angan.

Dalam keterbatasan kita sebagai makhluk, terkadang kita memandang mimpi sebagai asa terbentang dengan mengesampingkan hal lain. Tatkala mimpi itu sendiri sebagai objek bergerak, bukan tak mungkin panah harapan yang sudah didesain dengan ikhtiar maksimal pun  bisa meleset. Dalam perjalanan waktu, ketidakpastian dan kerentanan akan perubahan merupakan keniscayaan. Tentunya kesadaran itu mutlak diperlukan, capaian dari suatu harapan belum tentu bisa terwujud seperti yang dibayangkan sang pemimpi. Segalanya sangat bergantung pada kehendak-Nya. Karena itu, sudah sepatutnya kita meletakan segala usaha  dalam mewujudkan mimpi itu adalah sebagai bagian dalam ibadah kita kepada-Nya. Bukan semata-mata berfokus bahwa ikhtiar yang dilakukan adalah untuk pencapaian segala harapan.

Dalam pencapaian harapan, seringkali kita berupaya dan berdoa. Kita senantiasa mengharap kepada Alloh agar diberikan kelapangan.
Ada hal yang menarik di kitab Al Hikam terkait dengan kelapangan. Ibnu Atha’illah lebih mengkhawatirkan kelapangan daripada kesempitan.
Saat lapang, nafsu bisa memainkan peranannya dalam perasaan senang sesorang.
Saat dalam kesempitan, nafsu tidak bisa berbuat apa-apa.
Bisa jadi, Alloh memberikan kesenangan dunia, namun menghalangimu dari petunjuk-Nya.
Bisa jadi, Alloh menghalangimu dari kesenangan dunia, namun membukakan jalan kebaikan yang lain sehingga kita senantiasa dalam ridho-Nya.

Tanpa meninggalkan asa dalam memaksimalkan ikhtiar, tentunya ungkapan indah “La Hawla wa la Quwwata illa Billah, wallahu’ala kulli syai’in qodir“, sangat pantas dikedepankan dalam rangka mengingatkan posisi kita sebagai makhluk-Nya.   Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah, dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Semoga kita  termasuk orang-orang yang senantiasa bersyukur dan bersabar terhadap segala sesuatu yang kita hadapi.. aamiin YRA

image’s cited from http://slrdone.blogdetik.com/


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *